Minggu, 03 Juli 2011

Superman: Antisemitism Implication Vs. Übermensch Vs. Christian’s Perspective

Abstraksi

Tulisan ini menekankan kepada orang-orang Yahudi yang mencakup bidang dunia pop-art yang karyanya dipengaruhi oleh identitas sang pencipta. Dengan melihat pengakuan Jerry Siegel (seorang pencipta kisah science fiction Superman)—jika mengikuti asumsi awal saya mengenai Superman yang muncul sebagai implikasi sosial ke-Yahudi-an Jerry Siegel—yang tampaknya menunjukkan bahwa penciptaan karakter gambaran Superman terbagi atas beberapa pandangan. Pertama, karakter ini muncul dari keadaan sosial Jerry Siegel yang mengandaikan adanya tokoh superhero luar biasa yang dapat menegakkan keadilan di muka bumi akibat apa yang menimpa identitas ke-Yahudi-annya. Dengan kata lain, sebagai Messiah bagi kelangsungan masa depan dunia. Kedua, karakter ini muncul, juga dari keadaan sosial Jerry Siegel yang mengandaikan dirinya sebagai superhero untuk mengatasi dan dapat menerima keadaan sosial disekitarnya. Terakhir, karakter ini muncul dari Jerry Siegel, entah akibat apa ia memunculkan ide ini namun dalam perkembangannya, mungkin saja karakter ini memunculkan sebuah pandangan Messianik Kristen masa kini. Ketiga pandangan subjektif ini saya coba kaji lebih dalam dengan melihat awal mula penciptaan kisah dan karakter Superman, konteks sang pencipta, pandangan beberapa ahli dan filsuf, dan perkembangan cerita mengenai Superman yang menurut saya merujuk kepada asumsi bahwa perkembangan cerita ini diakibatkan adanya cara pendeskripsian baru mengenai identitas diri ke arah kekristenan (atau ke-Yahudi-an) dalam dunia pop-art.
Kata Kunci: Pop-art, Yahudi, Messiah, Antisemitisme, Superhero

Superman: Soft Inside, Steel Outside

Superhero “Superman” adalah tokoh yang terkenal di muka bumi ini. Hampir seluruh manusia di dunia ini mengenal siapa itu Superman. Superman merupakan tokoh fiksi yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Tokoh fiksi ini terkenal lewat komik dan kemudian mengalami perkembangan dengan penceritaannya di berbagai media yang lain, seperti radio, televisi, dan bioskop. Superman terkenal dengan kekuatannya yang luar biasa dan gaya kostumnya yang mencolok; pakaiannya yang berwarna biru, ditambah sebuah kain merah dipunggungnya, lalu celana—yang berbentuk celana dalam yang dipakai di luar—merahnya yang seksi, dan inisial namanya “S” (Superman) di dadanya yang menyerupai sebuah emblem atau perisai[1] yang dapat dengan mudah mengingatkan para pengagumnya.
Menurut ceritanya, Superman berasal dari Planet lain yang bernama Krypton dan bernama Kal-El, ia dievakuasi oleh ayahnya ketika planet itu hampir hancur dan akhirnya mendarat di Bumi, di sebuah ladang. Di Bumi Superman kecil ini diasuh oleh sepasang manusia yang bernama Jonathan Kent dan Martha Kent yang menjadi orang tua angkatnya. Mereka berdua menyadari bahwa anak angkatnya tersebut memang bukan manusia biasa. Dengan asuhan kedua orang tua angkatnya tersebut, Superman kecil dididik untuk menegakkan keadilan di Bumi dengan kekuatan supernya! Ketenaran Superman ini sangat membuat manusia bergantung kepadanya. Kejahatan ditumpas dengan kekuatan-kekuatan supernya. Setelah mengalami banyak perkembangan, tokoh fiksi dalam cerita Superman ini mengalami berbagai perubahan sampai kepada Superman yang kita ketahui saat ini.[2]
Pada awal-awal kisah Superman (sekitar tahun 1938-an), ia merupakan tokoh yang sekaligus kuat namun juga lemah. Di tengah kehidupan superhero-nya, Superman menjelma dalam tubuh lemah manusia yang bernama Clark Kent. Masalah yang dihadapi superhero ini sebenarnya tidak jauh dari pada masalah kehidupan sehari-hari di Bumi seperti masalah pembunuhan, korupsi, penculikan, pencurian, dll. Masalah yang dihadapinya bukanlah permasalahan yang berasal dari makhluk-makhluk di luar bumi layaknya cerita-cerita superhero masa kini misalnya Ultramen, Power Rangers, dan lain sebagainya. Masalah-masalah yang dihadapi Superman, mungkin merupakan inspirasi dari masalah-masalah konkret di Bumi. Masa-masa kemunculan Superman sebenarnya memiliki konteks yang mendukung penafsiran mengenai inspirasi masalah konkret tadi yaitu pada masa Great Depretion dan awal mula masa pra-Perang Dunia II.

Tekad Kuat yang Menciptakan Manusia Fiksi Terkuat “Superman

The Creators: Jerome “Jerry” Siegel dan Joseph “Joe” Shuster

Jerome “Jerry” Siegel (17 Oktober 1914 - 28 Januari 1996) dan Joseph “Joe” Shuster (10 Juli 1914 - 30 Juli 1992) adalah kedua orang yang membuat tokoh fiksi Superman ini.[3] Jerry Siegel merupakan pembuat cerita dan karakternya sedangkan Joe Shuster-lah (yang saat ini menjadi salah satu seniman terkenal Kanada) yang mewujudkannya dalam bentuk gambar kartun. Karakter ini muncul dalam bentuk ide ketika mereka berdua duduk di bangku SMA. Mereka berdua bekerja sama dalam koran sekolah yang bernama The Torch. Saat itu Jerry Siegel dan Joe Shuster berada di SMA yang sama yaitu Glenville High School di Cleveland, Ohio. Pada tahun 1932 karakter Superman ini mulai terpikir oleh Jerry Siegel. Siegel mengakui—dalam tulisannya yang berjudul In the Beginning (1983)[4]—kalau pada awalnya karakter Superman adalah seorang psikopat botak jenius dengan kekuatan telepati yang jahat (baca: antagonis) dan sebelumnya pernah ia terbitkan pada Science fiction #3—majalah yang diterbitkan Jerry Siegel pada tahun 1933, dengan judul “The Reign of the Super-Man”.[5]
Sayangnya kisah tersebut tidak disambut dengan baik. Setelah kegagalan itu, Jerry Siegel mulai berpikir merubah tokoh antagonis ini menjadi sebuah tokoh yang lebih disenangi banyak orang; tokoh pahlawan atau superhero. Ia membayangkan tokoh Clark Kent (sebagai tubuh manusia Superman) dan mulai membayangkan alur kisahnya yang bekerja sebagai repoter di The Daily Star (kemudian berganti nama menjadi The Daily Planet) dan bekerja bersama reporter Louis Lane yang akhirnya menjadi istrinya. Setelah itu ia menceritakan kepada Joe Shuster tentang ide yang ada dipikirannya tersebut. Joe Shuster yang memang memiliki bakat dalam menggambar merealisasikan ide Jerry Siegel dalam bentuk gambar. Bila tokoh dalam “The Reign of Super-Man” (tokoh Superman dalam Science fiction #3) tersebut digambarkan botak dengan kekuatan telepatinya dan menceritakan tentang ke-ambisius-annya untuk menguasai Bumi, tokoh manusia Superman versi superhero (Clark Kent) lebih menggambarkan model dari bintang film yang terkenal saat itu yaitu mengambil model komedian Harold Llyod, sedangkan tokoh jahat Superman awal digunakan sebagai musuh utama Superman yang bernama Lex Luthor diambil dari gambaran Douglas Fairbanks Sr.[6] Hal ini diterima masyarakat dan menjadikan mereka terkenal. Namun memang pada awal perjalanan kisahnya tidak terlalu baik. Penolakan demi penolakan oleh penerbit dilalui sampai pada akhirnya mereka berhasil menjualnya kepada Detective Comics. Inc (DC) pada tahun 1938 yang saat ini terkenal dengan kisahnya mengenai sebuah group atau kumpulan superhero yang tergabung dalam Justice League of America. Bulan Juni 1938, Superman pertama kali muncul pada Action Comics #1. Setelah itu kisah Superman menjadi salah satu kisah komik Science fiction yang paling diminati di seluruh dunia tidak hanya dalam media komik, namun juga dalam media surat kabar, radio, acara televisi, permainan video, novel sampai layar lebar.

 

Confession: Keyahudian Jerome “Jerry” Siegel dan Konteks Terciptanya Superman

Saya terkejut ketika ternyata Jerry Siegel adalah keturunan Yahudi. Ia merupakan anak imigran Yahudi. Ia memang lahir di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat namun ternyata orangtuanya merupakan imigran yang berasal dari Lithuania. Joe Shuster juga merupakan imigran, namun ia berasal dari Toronto, Kanada. Memang saya berpikir bahwa ketika seseorang bercerita dan menghasilkan sebuah karya cerita, terkadang karya ini merujuk kepada refleksi mengenai kehidupannya sendiri. Entah itu kehidupan sehari-harinya maupun spiritual dan kebudayaannya. Walaupun memang tidak dapat dikatakan secara keseluruhan namun dapat dipercaya bahwa ada beberapa bagian dari unsur cerita tersebut yang mengarah demikian.
            Awalnya saya ragu bahwa ada unsur seperti itu di dalam cerita Superman ini. Pemikiran awalnya adalah cerita Superman ini muncul dalam pemikiran Jerry Siegel berdasarkan daya imaginasi remajanya tanpa ada pengaruh dari latar belakang kehidupannya karena dibuatnya berdasarkan kebiasaan atau hobinya semata. Oleh karena itu asumsi abstrak mengenai implikasi sosial yang melatar-belakangi Jerry Siegel dalam membuat cerita Superman tidak dapat dengan mudah saya terima.
Walaupun Jerry Siegel merupakan seorang anak keturunan Yahudi imigran dari Lithuania yang lahir dan tinggal di Cleveland, Ohio namun menurut pengakuannya sendiri, ide mengenai Superman muncul dari inspirasi mengenai Samson atau Hercules yang pada jaman itu telah ada di benak anak-anak di dunia. Ketika ia menemukan tokoh Superman, ia melihat sesosok tokoh yang mirip Tarzan namun lebih sensasional dan lebih besar.[7] Selain itu, Jerry Siegel juga mengakui bahwa sosok Superman merupakan sosok tokoh ideal yang dibayangkan Jerry Siegel sebagai dirinya. Ia membayangkan dirinya dapat melompat 1/8 Mile, lari melebihi kecepatan dari kereta api, dan memiliki tubuh yang sekeras baja yang merupakan bentuk awal Superman yang pertama kali dikeluarkan Jerry Siegel dan Joe Shuster, yang kemudian tokoh Superman mengalami perubahan bentuk ke tubuh manusia namun pada perkembangan akhirnya kembali lagi ke bentuk baja ini; bentuk sebuah robot yang akan saya bahas di sub-topik selanjutnya. Tetapi tetap saja tokoh ini tersembunyi di balik tokoh manusia yang lemah Clark Kent.

Antisemitisme di Rusia

Pada tahun 1882 – 1914 terjadi imigrasi besar-besaran dari Eropa Timur.[8] Dua juta orang berimigrasi dari Eropa Timur, termasuk Lithuania.[9] Beberapa alasan mereka berimigrasi adalah antisemitisme yang melanda Rusia. Hal itu disebabkan Lithuania dan negara Balkan lainnya dikuasai oleh kekaisaran Rusia. Pada tahun-tahun tersebut antisemitisme menjangkit kekaisaran Rusia. Tekanan yang dialami orang Yahudi ini membuat mereka berpikir untuk berimigrasi. Selain itu mereka berimigrasi karena ingin memberikan pendidikan yang jauh lebih baik di Amerika, dan tertarik dengan isu-isu kebebasan di tanah Amerika.
            Kemungkinan keluarga Siegel berimigrasi dalam gelombang besar ini. Dengan latar narasi sebagai orang yang tertekan, hal ini tampaknya sedikit banyak mempengaruhi kehidupan Siegel. Akibat tekanan kehidupan sosial, keluarga Siegel berimigrasi ke Amerika walaupun Siegel sendiri lahir dan besar di Cleveland. Kenangan keluarga yang tertekan akibat identitasnya, sedikit banyak berpengaruh pada cara keluarganya membesarkan Siegel. Apalagi, sang keluarga menghadapi dunia baru dan harus beradaptasi. Hal tersebut berimplikasi pada kehidupan Siegel sendiri. Nietzsche sendiri dalam bukunya Epigram-nya yang ke 89 memiliki padangan bahwa “pengalaman-pengalaman yang menakutkan membuat kita bertanya-tanya apakah orang yang mengalaminya tidak berubah menjadi sesuatu yang juga menakutkan”[10]. Kehidupan seperti ini seharusnya sedikit banyak membuat Siegel terinspirasi dalam membuat tokoh Superman.

Messiah: The Anointed One Vs. “Übermensch”

Green mengungkapkan kalau pengertian messiah dalam teks-teks suci termasuk di Perjanjian Pertama memiliki makna yang berbeda-beda.[11] Tidak ada pedoman pengertian yang satu mengenai hal tersebut. Green pun mengungkapkan kalau messiah ini merupakan titik permasalahan antara Kekristenan dan Yudaisme. Pengertian messiah sendiri dalam bahasa Inggris the anointed one, atau dapat berarti “yang diurapi”. Dalam pemakaiannya pengertiannya pun mencakup beberapa dimensi. Ada yang memakainya dalam dimensi nasionalis, namun ada pula yang memakainya dalam dimensi eskatologis. Ketidakseragaman dalam pengertian dan pemakaian inilah yang membuat pengertian messias lebih kompleks dari yang dikira. Green mencatat kalau dalam Perjanjian Pertama beberapa kali bergantian pemakaiannya kepada Imam, Raja, dll. Dalam masa Yesus, konsep messias masih beragam. Horsley juga mencatat dalam bukunya kalau konsep messias dengan dimensi kerajaan masih terus terpelihara.[12] Keberagaman konsep messiah membuat istilah ini menjadi sebuah istilah yang “terbuka”. Bahkan Yesus pun diberi gelar messiah namun dalam Perjanjian Baru lebih dikenal dengan istilah Yunani Christos. Gelar Cristos ini pada surat-surat Paulus menjadi semacam nama diri. Entah apa yang menjadi tolak ukur pemaknaannya ini, tampaknya menurut saya—terkhusus—di dunia modern (maupun post-modern) hal seperti ini dapat terjadi. Saya mencoba melihat kemungkinan yang ada dalam pandangan messiah dengan melihatnya dari sudut pandang yang tampaknya tidak dapat dijadikan sebuah tolak ukur sesungguhnya bagi pemaknaan kata messiah yaitu kekuatan dalam tubuh Superman.
Nietzsche pernah memunculkan juga pemikiran mengenai sosok manusia yang super (superman; Übermensch). Memang tidak layaknya Superman yang memiliki kekuatan luar biasa, namun lebih kepada sesuatu yang konkret; manusia di bumi dengan kekuatannya untuk menentukan sendiri ukuran bagi dirinya yang secara eksplisit dijelaskan oleh A. Setyo Wibowo dalam bukunya sebagai manusia yang memiliki suatu “Kehendak untuk Berkuasa” yang salah satunya adalah para freier Geist (jiwa bebas atau pemikir bebas)[13]. Walaupun memang Nietzsche tidak menjelaskan secara eksplisit bahwa Übermensch ini merupakan sebuah sosok messiah, namun secara implisit ketika saya membaca mengenai Übermensch Nietzsche ini, sosok yang saya bayangkan lebih ke arah manusia sempurna dalam pandangan Kristiani itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Memang abstraksi ini muncul juga akibat suatu doktrin dan pemahaman awal di dunia kekristenan, namun tidak dapat disangkali juga mungkin saja muncul di dunia Yudaisme; ketika sosok manusia sempurna ini muncul, saya mengira sosok messiah-lah yang akan menjadi penggambarannya.
Namun pertanyaannya adalah apakah sosok Superman ini merupakan sebuah harapan Jerry Siegel ke arah pandangan Nietzsche mengenai Übermensch tadi? Seandainya demikian, bukankah kita juga dapat memiliki asumsi kembali bahwa Jerry Siegel secara implisit dapat merasuk ke dalam khayalan pada dirinya untuk menjadi seorang yang kuat dalam menghadapi tekanan akan identitas ke-Yahudi-annya tersebut? Berjuang melawan pengalaman yang penuh dengan tekanan tadi mungkin saja dialami Jerry Siegel dan ini mempengaruhi pula daya imajinasinya dalam membuat alur cerita dan karakter tokoh science fiction Superman tadi.
Namun yang jelas, perbedaan dimensi itu tidak diikuti dengan perbedaan pemahaman dasar mengenai messiah juga. Pemahaman dasar itu tetap menganggap kalau seorang messiah adalah utusan Allah, perealisasi kehendak Allah. Justru perbedaan itu terletak pada pemaknaan realisasi itu sendiri. Ada yang mengganggapnya sebagai hal nasionalis, namun ada pula yang menganggapnya sebagai pengharapan eskatologis. Selain itu, karena keterbukaan pemaknaan istilah ini, kemungkinan-kemungkinan menganggap seseorang sebagai messiah juga terbuka. Lalu pertanyaannya adalah, apakah the anointed one sama dengan messiah masih bisa dipertahankan? Nietzsche sendiri mungkin akan menjawab itu sebagai sesuatu yang das ungewisse (tidak pasti).

Superman as “Non-anointed Messiah” in Christian’s Perspective?

Memang tidak dapat begitu mudahnya saya melihat Superman dalam konteks Kristiani, namun menarik ketika melihat beberapa artikel mengenai Superman dalam konteks agama ini. Ketika melihat Sunday Times in Scotland terbitan tahun 2003, saya menemukan sesuatu yang menarik mengenai Superman dalam konteks keagamaan. Ketika muncul pertanyaan, apakah Superman beragama?  Elliot S! Maggin, kepala penulis skrip komik Superman dari DC Comis menjawab, “Saya memberi semua karakter yang saya ciptakan agama mereka masing-masing. Itu bagian dari latar cerita. Itu bagian dari proses untuk mengenali karakter dengan baik sebelum menulis ceritanya. Jimmy Olson seorang Kristen Lutheran, Lois Lane Katholik, Lex Luthor beragama Yahudi. Bruce Wayne seorang Episcopalian. Clark Kent, sama seperti keluarga Kent, adalah seorang Methodist. ...Saya pikir Superman terlalu rendah hati untuk meminta sesuatu dalam doa, tapi saya pikir dia berdoa secara spontan, terbiasa dan konstan, kayak kalo kita lagi berkata-kata pada diri sendiri or bersenandung ketika lagi mandi”[14]. 

            Banyak juga artikel-artikel yang melihat Superman layaknya tokoh Yesus sang messiah, namun daripada itu, ada dua hal yang paling mencolok yang berkenaan dengan itu:

Superman and Messiah as “The Man of Tomorrow”

Sebutan The Man of Tomorrow ini lekat sekali dengan tokoh Superman. Bukan hanya karena adanya angan-angan dan harapan dari anak-anak ketika menonton tokoh Superman dan membayangkan akan menjadi sepertinya, namun juga karena plot cerita yang dialami oleh Superman sendiri[15]. Pengharapan manusia akan kembalinya Superman yang telah mati untuk bangkit kembali dan kembali mengatasi permasalahan di bumi agar bumi aman dan damai kembali di alami juga prespektif kekristenan dan yudaisme tentang Messiah. Walaupun memang Messiah dalam konsep kekristenan dan yudaisme berbeda, namun pengaharapan akan kedatangannya tidak jauh berbeda.

Superman was Death, Disappeared, but Return

Dalam perkembangan ceritanya memang Superman akhirnya diceritakan tidak hanya mengatasi permasalahan konkret dunia melainkan melawan musuh dari luar dunia. Ketiga kisah di bawah ini menurut saya sedikit membuktikan adanya inspirasi Superman bagaikan Messiah Kristen dari Amerika.
Kisah pertama: ketika itu Superman adalah pemimpin dari Justice League of America (JLA). Ketika itu ia mencapat panggilan yang berasal dari para anggota JLA yang menghadapi monster bernama Doomsday (bahasa Indonesia: "Hari Kiamat"). Sekuat apapun para JLA berusaha menghentikan tetapi tak satuppun yang berhasil mengalahkannya. Hal yang lebih mengejutkan lagi, gabungan serangan yang mereka lakukan tidak berefek padanya. Bahkan untuk menghancurkan alat Limiter miliknya—alat yang berguna untuk mengurangi kekuatan si monster. JLA termasuk Superman yang turut membantu tak berhasil menghentikan. Doomday berjalan dengan tenangnya menuju kota. Dengan kekuatan terakhirnya, Superman mengejarnya dan berusaha mengalahkan Doomday sebelum timbul banyak korban. Pertarungan berlangsung seru hingga Superman mengetahui kelemahannya. Doomsday berhasil dikalahkan dengan dibayar mahal, Superman meninggal. Meninggal di pangkuan kekasih yang dicintainya; Louis Lane.
Kisah kedua: penderitanya Louis kehilangan Clark menjadikan JLA merasa berhutang budi pada Superman dan melakukan pekerjaan Superman yaitu menjadi Santa Claus di hari natal. Beberapa anggota JLA malah berusaha mencuri namun kemudian dikembalikan. Lex Luthor yang menjadi tokoh jahat dalam komik malah tidak di angkat. Dengan jelas, Lex Luthor berhenti pada kesedihannya akan kehilangan seorang figur yang harus dikalahkan. Kisah ini di akhiri dengan hilangnya Superman?
Kisah ketiga: Superman yang hilang pada kisah sebelumnya mendadak muncul kembali tetapi dalam bentuk berbeda. Dia memakai kacamata merah dan sangat kasar. Louis merasa bahwa dia memang Superman tetapi nadanya sangat berbeda. Sementara itu muncul Superman lainnya. Superman lain ini berbentuk seperti manusia besi yang dipanggil Man of Steel. Berbeda dengan Superman yang pertama, Man of Steel lebih mirip seperti Superman awal pada jiwanya; penolong dan rela bertanggung jawab. Tubuhnya hampir seluruhnya adalah robot dan tidak tinggal di Bumi.
Melihat perkembangan cerita di atas, kita mengira-ngira apakah memang pemikiran awal Jerry Siegel kembali kepada arah ini? Hanya saja dipengaruhi oleh gaya pemikiran Kristen mengenai Messiah yang merujuk kepada Yesus. Pemikiran ini kembali membuat saya berpikir, budaya pop-art tidak hanya menjadi inspirasi bagi beberapa orang untuk mendeskripsikan pengharapan mereka namun juga mencoba mendeskripsikan pemahaman mereka yang subjektif seperti pemikiran saya sekarang ini.

Figur Inspirasional: Sebuah Refleksi

Siegel memang tidak pernah mengungkapkan secara eksplisit bahwa Superman merupakan refleksi nyata dari identitas dan pengalaman ke-Yahudi-annya. Namun menurut saya, identitas dan pengalamannya tetap dapat mempengaruhi daya fantasinya meskipun saya tetap tidak dapat menemukan tulisan yang mengungkapkan kehadiran Superman sebagai implikasi dari ke-Yahudi-an Siegel. Dibanding itu, kisah Superman memang lebih dekat dengan kehidupannya sebagai seorang imigran yang harus berasimilasi. Layaknya kehadiran Superman yang berasal dari planet lain dan menjalani kehidupan superhero-nya di bumi. Hal ini tampaknya muncul sebagai proyeksi kehidupan Jerry Siegel dan Joe Shuster sebagai seorang imigran. Siegel pernah mengungkapkan kalau Superman memang merupakan impian dirinya. Sejalan dengan keberadaan tokoh Superman yang berasal dari dunia lain, begitu pula dengan Siegel yang berasal dari daerah lain. Namun, tokoh yang berasal dari planet lain ini menjadi penegak keadilan di tengah bumi. Sepertinya inilah impian dari Siegel ataupun pengharapan dari Siegel remaja yang sangat menyukai kisah scientfiction. Superman hadir sebagai tokoh ideal dari seorang remaja dalam melihat dunianya yang absurd dan penuh lika-liku ini. Namun tetap kembali kepada suatu kesimpulan bahwa memang, kehadiran Superman sebagai bagian dari pop-art tidak dapat terlepas dengan pengalaman nyata yang dialami sang penulis. Sebuah pop-art tidak muncul secara tiba-tiba. Melainkan dipengaruhi kehidupannya sehari-hari. Sama halnya dengan kehadiran kisah Superman, tidak dapat dilepaskan dari kisah hidup Siegel ataupun Shuster walaupun tidak dapat kita dengan mudah menyangka bahwa ini hasil proyeksi dari ke-Yahudi-annya.
Namun apabila Superman ingin dilihat sebagai sebuah messiah, maka ia pastinya adalah messiah yang unik. Superman—pada jurnal ini mengacu pada bentuk awal tokoh Superman yang dibentuk Siegel dan Shuster pada tahun ’38-an—berasal dari luar bumi, namun ia memilih menyembunyikan kekuatannya dibalik kemanusiaannya. Yang menjadi permasalahan yang ia hadapi bukan permasalahan-permasalahan “abstrak” melainkan persoalan konkret kehidupan keseharian. Ia juga tidak datang untuk menghadirkan “kerajaannya” atau “dunia baru” di dunia, namun hanya membantu mengatasi permasalahan konkret tersebut.
            Sekali lagi, Siegel tidak pernah mengungkapkan secara eksplisit kalau tokoh Superman ini merupakan pengharapan mesianis yang ia peroleh dari ke-Yahudi-annya maupun karena pengaruh dari identitas ke-Yahudi-annya. Dalam tulisan-tulisannya, Siegel juga tidak pernah mengungkapkan identitas ke-Yahudia-annya sebagai sumber inspirasi tokoh ini, apalagi menganggapnya sebagai representasi pengharapan mesianis di dunia modern dalam bentuk pop-art. Tetapi, dari sini-lah kita melihat kalau orang-orang Yahudi juga mencakup bidang dunia pop-art dalam hal ini tokoh fiksi, bahkan sosok tokoh fiksi yang adalah tokoh yang paling fenomenal dan inspirasional di dunia.














Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Joe_Shuster (diunduh hari 23 Mei 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Superman (diunduh hari 25 Mei 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Superman (diunduh hari 26 Mei 2011)
A. Setyo Wibowo,dkk. 2009. Para Pembunuh Tuhan. Yogyakarta: Kanisius
Nietzsche, Friedrich. 1998. Beyond Good and Evil. New York: Oxford University Press.
R, Horsley dan John S. Hanson. 1999. Bandits Prophets & Messiahs; Popular Movements in Time of Jesus. Pennsylvania: Trinity Press International. 
Stewart, Kampel. 2007. Jerry Siegel dalam Encyclopaedia Judaica Second Edition (ed) Fred, Skolnik. Detroit: Thomson Gale.
William, S. Green. 1987. Introduction: Messiah in Judaism: Rethinking the Question dalam Judaism and Their Messiahs at the Turn of the Christian Era (ed) Jacob, Neusner. Cambridge: Cambridge University Press.


[1] Emblem ini juga merupakan singkatan dari Shield yang berarti perisai. Bentuk orisinilnya merupakan gambaran dari lencana polisi di Amerika. Tetapi setelah Superman terkenal, emblem ini terkenal dengan sebutan “The Knight Shield”.
Dengan melihat ini, saya harap perkembangan kisah “Superman” dapat diketahui lebih lengkap, karena saya tidak dapat menjelaskan secara lengkap sejarah “Superman” yang bukan merupakan maksud dari tulisan ini. Namun untuk membaca tulisan ini saya rasa perlu jika terlebih dahulu memiliki pemahaman yang cukup jelas mengenai perkembangan “Superman”.
[3] Bnd. http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Superman ; http://en.wikipedia.org/wiki/Jerry_Siegel ; http://en.wikipedia.org/wiki/Joe_Shuster ; Stewart, Kampel Jerry Siegel dalam Encyclopaedia Judaica Second Edition (ed) Fred, Skolnik (Detroit: Thomson Gale, 2007) V-18 p.555 ; Stewart, Kampel Joe Shuster dalam Encyclopaedia Judaica Second Edition (ed) Fred, Skolnik (Detroit: Thomson Gale, 2007) V-18 p.536
[4] Jerry Siegel., In the Beginning dalam http://xroads.virginia.edu/~UG02/superman/origins.html
[7] Jerry Siegel,. In the Beginning dalam http://xroads.virginia.edu/~UG02/superman/origins.html
[10] Friedrich Nietzsche. Beyond Good and Evil. (New York: Oxford University Press, 1998), p.79.
[11] Lih. William, S. Green. Introduction: Messiah in Judaism: Rethinking the Question dalam Judaism and Their Messiahs at the Turn of the Christian Era (ed) Jacob, Neusner (Cambridge: Cambridge University Press, 1987) p.1-13
[12] R, Horsley dan John S. Hanson. Bandits Prophets & Messiahs; Popular Movements in Time of Jesus (Pennsylvania: Trinity Press International, 1999) p.88-127 
[13] A. Setyo Wibowo,dkk. Para Pembunuh Tuhan (Yogyakarta: Kanisius, 2009) p. 27.
[14] Mark Millar. "Superman: Red Son", published 27 April 2003 in Sunday Times in Scotland; bnd. http://toothwatch.tripod.com/redson1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar