Kamis, 07 April 2011

Contoh Pararelisme Alkitab Ibrani

Pararelisme Sinonim
Proverbs 1:32  32 Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya.
Di dalam ayat ini saya menemukan dua frase kunci yang mengarahkan saya kepada keputusan bahwa ayat ini merupakan pararelisme sinonim yaitu tak berpengalaman akan dibunuh dan orang bebal akan dibinasakan.  KJV, NIV, NKJ, NRS, RSV menerjemahkan orang tak berpengalaman dengan kata simple dan orang bebal dengan kata fool. Orang tak berpengalaman (simple) yang dalam Wilson’s memiliki kata Ibrani peti tidak terlalu dibedakan dengan orang bebal (fool atau foolish) yang memakai kata Ibrani kasal walaupun penjelasan di dalam Wilson’s terpisah. Namun dibunuh dan dibinasakan menurut Wilson’s memiliki kata Ibrani yang sepadan yaitu harag dan avad[1] yang menurut KJV, NIV, NKJ, NRS dan RSV diterjemahkan dengan kata destroy.  Namun tampaknya TB-LAI lebih condong kepada terjemahan Septuaginta yang menerjemahkannya sebagai kata poneuo yang artinya dibunuh atau dibinasakan. Maka jika saya mereduksi ayat ini melalui kedua analisis frasa, maka saya menemukan kesepadanan dan menghasilkan pemikiran akan sebuah frasa sepadan yaitu orang bodoh akan dihancurkan.
Melihat konteksnya, Amsal ini ditulis bertolak dari pemikiran bahwa penulis menyajikan hikmat ini menjadi berbicara seperti seorang Nabi secara khusus sebagai proyeksi Nabi Yeremia yang berkali-kali mengalami penolakan dalam pewartaannya. Temanya adalah hikmat menjanjikan istirahat dan kedamaian dari ketakutan kepada orang yang mencari nasihat dan teguran (ay. 25, 30), pengetahuan dan ketakutan akan Tuhan (ay.29). Namun orang bebal dan tidak berpengalaman melihat nilai dalam mencari hikmat akan dihancurkan.
Seringkali kita mengalami hal yang seperti ini. Hal yang biasa melanda kita dengan kebebalan adalah kejenuhan kita, bahkan keterbiasaan kita pun kadang membuat kita bebal. Maksudnya adalah seringkali kita melakukan penolakan baik secara sengaja (ini yang disebut bodoh atau fool) maupun yang tidak disengaja (ini yang disebut tidak berpengalaman atau simple) membuat kita bebal dan konsekuensinya adalah penghancuran (destroy) atau penghancuran (destruction). Pengingatan ini dikumandangkan kitab Amsal dalam kita memahami keberadaan kita di hadapan Allah. Allah adalah sumber hikmat, dan dari sanalah kita memperoleh hikmat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita aktif mencari dan mendekatkan diri kita ke arah hikmat?

Pararelisme Antitetis
Proverbs 1:7 7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Melihat teksnya, saya sedikit bingung dengan berbagai terjemahan khususnya dalam bahasa Indonesia. Namun jika melihat maknanya sebenarnya dua terjemahan dalam bahasa Indonesia (TB-LAI dan BIS) memiliki kesepadanan yang sama-sama menggunakan frasa yang berantonim. Di sisi lain, terjemahan KJV, NIV, NKJ, NRS, RSV terlihat lebih konsisten dengan maksudnya. Orang bodoh menggunakan kata Ibrani yang sepadan dengan orang bebal dan orang tak berpengalaman dalam penjelasan Wilson’s seperti yang saya jelaskan dalam sub-topik pararelisme sinonim sebelumnya. Dengan melihat ayatnya, kita dengan mudah mengetahui bahwa frasa pertama berlawanan dengan frasa kedua. Dan ini menurut saya merupakan inti dari pemberitaan Amsal.
Dengan takut akan Tuhan—BIS menerjemahkannya menghargai hikmat Tuhan—maka kita akan semakin dekat dan terbiasa menggunakan hikmat Tuhan dalam kehidupan spiritual kita maupun sekular sehari-hari. Hal ini yang terus dikumandangkan penulis kitab Amsal dalam pewartaannya walaupun dengan berbagai cara dan bentuk penyampaian.

Pararelisme Sintetis
Proverbs 2:1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
Memang sulit membedakan pararelisme sintetis dengan pararelisme sinonim. Hal ini menurut saya dikarenakan dari pandangan penafsir yang berbeda-beda dan menurut pemahaman mereka dalam menafsirkan apakah ini merupakan pararelisme sintetis atau sinonim. Melihat ayat ini, awalnya saya menafsirkannya sebagai pararelisme sinonim, namun ketika melihat teksnya sekali lagi, ada faktor yang membuat saya nafsirkan ulang pemahaman saya yaitu kata kunci menerima dan menyimpan. Memang terbilang sederhana jika ditafsirkan secara harafiah tanpa melihat teks Ibraninya, namun kejelasannya menurut saya sudah cukup. Menerima belum berarti menyimpan! Bagaimana bisa? Ya, ketika saya menerima sebuah pelajaran, belum tentu—secara pasti—saya akan selalu (atau langsung secara otomatis) menyimpannya.
Menerima dalam kata Ibraninya yaitu miqqah yang bentuknya nifal berasal dari stem laqah yang berarti mengambil. Sedangkan menyimpan menggunakan kata Ibrani sepon yang dalam keterangan TDOT diterjemahkan dengan kata store up yang berarti menimbun membuat saya semakin yakin bahwa ini adalah pararelisme sintetis. Jika kita hanya menerima dan tidak menimbun perkataan atau perintah maka yang kita dapat hanya sebatas yang kita terima. Namun ketika kita menerima dan menimbun semuanya itu, maka apa yang kita terima akan semakin bertambah. Jadi perkembangannya ada pada kedua kata kunci ini.


[1] William Wilson. Wilson’s Old Testament Word Studies, (McLEAN, VA. 22102: Mac Donald Publishing CO.), Pg. 120.

1 komentar: