Senin, 10 Januari 2011

Cerdik Cendikia Israel Kuna

Pendahuluan

Banyak dari kitab-kitab perjanjian lama memuat sejarah perjalanan bangsa Israel, yang juga dimaknai dalam perspektif imannya. Kitab-kitab perjanjian lama ditulis oleh banyak penulis, yang terbentuk dalam rentang waktu yang panjang dalam sejarah Israel. Karena terbentuk dalam sejarah yang yang panjang, terjadi penyuntingan dari bahan-bahan awal yang diciptakan.  Banyak peneliti yang berpendapat mengenai siapa penulis kitab-kitab tersebut. Yang semuanya memiliki argument-argumen yang baik dan ditunjang dengan penelitian yang memadai. Hal penting yang  perlu diingat bahwa, kitab-kitab perjanjian lama sampai kepada kita dengan tanpa nama penulis atau pengarang. Kita hanya sebatas mengetahui bahwa karya ini sepenuhnya dilaksanakan oleh para sopherim (ahli taurat) dan kaum Masoret (penjaga tradisi). Dalam paper ini akan dijelaskan mengenai cendekiawan atau ahli yang berperan penting dalam penulisan kitab-kitab perjanjian lama.

Pembahasan

Kebanyakan para penulis memakai sumber lisan untuk dituliskan, yang kadang cenderung memiliki interpretasi yang longgar, bahkan kadang peristiwa yang dicatat tidak dituliskan dalam jangka waktu yang dekat dari peristiwa tersebut, melainkan ada selang waktu yang cukup lama. Dari waktu dari Keluaran ke akhir terbagi Kerajaan Israel dan Yehuda, terus-menerus disimpan catatan sejarah Bani Israel. Hal ini diyakini bahwa sebagian besar Taurat, lima kitab pertama dalam Tanakh, ditulis oleh Musa Bani Israel berkemah di Mt. Sinai. Dalam kasus buku-buku sejarah lainnya, seperti Yosua, Hakim-hakim 1 & 2; Samuel 1 & 2; Raja-raja 1 & 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia, diyakini bahwa imam-ahli Taurat Ezra mengkompilasi mereka dari catatan asli yang dibuat dekat dengan waktu terjadinya (karya-karya seperti The Book of Jashar dan Kitab Peperangan Yahweh).[1] Kompilasi Ezra terjadi di abad ke-5 SM. Adapun kitab-kitab nubuatan dan tulisan-tulisan lain, baik puitis dan moral, memiliki sedikit pengesahan seperti ketika mereka akhirnya disusun menjadi satuan yang koheren tetapi Tanakh seperti yang kita kenal sekarang ini tidak ada sekitar tahun 200 SM.[2]
            Pada masa kerajaan Israel kuno ada sebuah pendidikan untuk orang-orang yang mau belajar atau ditunjuk. Di tempat pendidikan ini (sekolah), orang-orang tersebut diajarkan untuk menulis, mengolah dokumen, dll. Kerajaan biasanya memakai mereka untuk urusan administrasi dan tulis menulis. Namun beberapa orang lainnya terlibat dalam penulisan Alkitab. Kemungkinan orang-orang inilah yang membentuk tradisi-tradisi dalam pembentukan Alkitab (JEDP), yang tersebar dalam masing-masing zaman. Dalam kitab-kitab perjanjian lama, seorang peneliti mengatakan bahwa terdapat empat sumber yang membentuk kitab-kitab tersebut, yakni Yahwis, Elohis, Deuteronomis, dan Priest. Sumber disini dipahami juga sebagai kemungkinan sebagai penulis. Berikut teori-teori sumber:
Sumber Yahwis (J, dari bahasa Jerman Jahweh) berasal dari Yehuda kira-kira tahun 950-850 sM dan terdapat dalam kitab Kejadian dan hingga kitab Bilangan. Sumber Elohis (E) berasal dari kerajaan utara, kira-kira tahun 850-750 sM dan juga terdapat dalam kitab Kejadian hingga Bilangan. Lalu J dan E digabungkan menjadi kisah gabungan (JE) beberapa waktu setelah kejatuhan kerajaan utara pada tahun 721 sM. Sumber Deuteronomis (D), secara garis besar mencakup Kitab Ulangan ditambah banyak bagian “kerangka” sejarah yang terdapat dalam kitab Yosua hingga kitab II Raja-raja. Sumber D biasanya dianggap mencapai bentuk akhirnya dibawah pemerintahan Raja Yosia dan ditemukan dirumah ibadat sebagai kitab hukum (II Raj 22:3-23;25, tahun 621 sM). Sumber ini ditambahkan pada JE, membentuk JED. Sumber Imamat (P) berasal dari masa pembuangan atau tidak lama sesudah itu (abad ke-6 sampai ke-5 sM) dan mengandung bagian-bagian kisah, silsilah dan bahan mengenai upacara-upacara dan ibadat dalam kitab Kejadian hingga kitab Bilangan. Tetapi, P terutama mengumpulkan hukum-hukum dalam kelima kitab Taurat yang berasal dari berbagai masa dalam sejarah Israel. Sumber ini digabungkan dengan yang lain-lain dan membentuk JEDP hingga menjadi bentuknya yang sekarang oleh kaum imam tersebut[3].
Tradisi Yahwis sangat monoteistik, percaya bahwa Tuhan hanyalah Yahweh dan tidak ada tuhan lain. ulisan-tulisan bertradisi J, lazim dikenali dari ciri tulisan yang bergaya jelas dan indah, berkonsep anthropomorfisme, pandangan positif terhadap masyarakat agraris, pemerintahan dan sistem raja.  Tradisi Elohis terutama bertema sejarah sakral, panggilan untuk Israel, kepergian dari Mesir, pengembaraan dalam gurun, dan tanah perjanjian. Dalam tradisi ini Musa disebut sebagai nabi besar dan pencipta hukum. Tradisi Elohis menekankan kepatuhan iman dan kepatuhan pada hukum yang disebut "takut akan Tuhan"[4].
            Kitab Taurat merupakan karya anonim, yang tidak memberikan acuan tentang pengarangnya. Tidak adanya nama pengarang merupakan hal yang lumrah pada waktu itu. Di Timur tengah pada zaman dahulu seorang pengarang bukanlah seniman kreatif seperti halnya dalam kebudayaan modern. Ia terutama merupakan orang yang melestarikan hal-hal yang terjadi pada masa lampau dan terikat oleh bahan dan metodologi tradisional. Sastra lebih merupakan milik masyarakat daripada milik pribadi[5]. Lasor berpendapat bahwa kemungkinan pengarang Taurat adalah Musa, yang nampak dalam isi Taurat memuat tentang perintah kepada Musa untuk menulis. Hal ini juga didukung dengan penyebutan  kitab taurat sebagai “Taurat Musa” yang terdapat pada kitab-kitab sesudah masa pembuangan (Tawarikh, Ezra, Nehemia, dll). Dalam Talmud dan bapa-bapa gereja menyebutkan bahwa Musa merupakan pengarangnya. Dalam kasus Taurat - Hukum - segala sesuatu yang Musa tuliskan dan berikan kepada bangsa Israel segera diterima atas dasar bahwa ia adalah seorang nabi dan telah menerima wahyu khusus dari Tuhan mengenai empat dari lima kitab Taurat. Dalam banyak cara yang sama, para Nevi'im - para nabi - telah diterima sebagai wahyu[6] langsung dari Allah kepada umat pilihan. Hal ini tidak hanya mencakup karya-karya besar dan nabi-nabi kecil, tetapi juga kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1 & 2 Samuel, dan 1 & 2 Raja-raja (yang, dalam Tanakh, adalah Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja). Karena nabi menulis mereka, mereka diterima langsung seolah-olah mereka telah ditulis di bagian paling takhta Allah. Kisah-kisah bapa leluhur ditulis dari sumber-sumber lisan yang dituliskan pada masa perbudakan di Mesir, yang kemudian dalam kisah-kisah tersebut ditambahkan catatan berbentuk puisi dan prosa tentang peristiwa keluaran dan perjalanan padang gurun yang kemungkinan dilakukan pada masa Daud. Hal ini dikerjakan karena menghadapi zaman baru, pada masa kerajaan, dimana usaha untuk melestarikan peristiwa-peristiwa dan makna sejarah terbentuknya bangsa Israel sangatlah penting[7].
            Menurut Noth (dalam Lasor, 2009) tokoh yang berperan dalam penyusunan sejarah dalam kitab Yosua sampai I-II Raja-raja ialah sejarawan deuteronomik (1-12) yang hidup pada abad 7 sM[8] yang menggunakan sumber-sumber dari masa sebelumnya dan diperbaiki oleh penyunting setelah masa pembuangan.
            Ezra berperan dalam membentuk menjadi satu dokumen-dokumen pada masa Musa yang telah di himpun , setelah masa pemulihan setelah pembuangan (abad ke 5 sM). Ia seorang imam dan ahli kitab yang mahir dalam kitab taurat Musa serta betugas mengajarkan Taurat dan mengatur ibadat di Yehuda dan Yerusalem (Ezr 7:6,11a,14,25). Mungkin Ezra merupakan anggota dari tradisi imamat.  Ada beberapa bagian dalam kitab nabi-nabi yang ditulis sendiri oleh si nabi pada waktu ia bernubuat dan ada juga yang ditulis beberapa waktu kemudian setelah ia menyampaikan nubuatnya, serta kadang ada juga yang ditulis oleh para pengikut si nabi
            Bangsa Ibrani ingin mengungkapkan kisahnya sejauh mungkin ke belakang, yang kemungkinan awalnya dikerjakan pada masa Daud. Sehingga agaknya mereka melakukan pengiraan-pengiraan dan meneropong pada suatu periode yang telah terjadi beberapa abad sebelum mereka. Kitab-kitab PL mengandung tradisi-tradisi historis, tetapi tujuannya bukan untuk memberikan bahan sebagai sumber historis untuk penelitian sejarawan modern, melainkan sebagai ungkapan iman kepada Allah Israel yang muncul dari kalangan religius di Israel kuno[9]. Penulisan sejarah mereka menjadi sangat penting ketika bangsa Israel memasuki zaman baru, yakni masa kerajaan. Ini penting karena dengan demikian akan meningkatkan nasionalisme dan kesatuan bangsa.soal-soal hukum menjadi penting, karena dengan adanya pergaulan dengan bangsa-bangsa luar, maka orang-orang Israel sedikit akan banyak akan terpengaruh dengan keagamaan bangsa lain. Sehingga untuk mengatur dan membatasi itu maka, kitab-kitab yang memuat hukum-hukum keagamaan ditulis. Selain itu juga motivasi mereka untuk menuliskan kesaksian iman mereka ialah untuk menjadi penguat iman, dimana ketika mereka menghadapi kesukaran mereka akan membaca dan mengingat pertolongan Tuhan yang lampau, sehingga mendapat semangat untuk tetap bertahan di tengah pembuangan ataupun setelahnya, yang situasi bangsa Israel dalam panjajahan.  

Kesimpulan

Tugas para sopherim (ahli taurat) dan Kaum Moseret (penjaga tradisi) sangat penting dalam mendokumentasikan segala sesuatu tentang bangsa Israel. Selain itu mereka juga membantu sekali bagi kelangsungan pemerintahan. Sejalan perjalanan waktu tugas ini menjadi milik pribadi rakyat sehingga diturunkan turun temurun. Oleh karena itu dengan merujuk sejarah panjang bangsa Israel dan kultus mereka yang berpusat pada bait suci, kitab-kitab ini menguraikan kehidupan bangsa Israel yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh proses-proses politik dan religius pada zamannya, termasuk berperan yang jarang dipikirkan orang sebagai alat legitimasi kekuasaan.

Daftar Pustaka

Lasor, W. S. dkk. Pengantar Perjanjian Lama 1 : taurat dan sejarah. 2009 diterjemahkan oleh Werner Tan,dkk – cet 13. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Rogerson, John. Studi perjanjian lama. 1997. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Sabda org. Internet.

Bible Canon. The Jewish Encyclopedia. Encyclopedia Yahudi. © 2002 JewishEncyclopedia.com © 2002 JewishEncyclopedia.com

Kitab Paralipomenon (Tawarikh). The Catholic Encyclopedia, Volume XI. The Catholic Encyclopedia, Volume XI. Copyright © 1911 by Robert Appleton Company. Copyright © 1911 oleh Robert Appleton Company. Online Edition Copyright © 2003 by K. Knight. Online Edition Copyright © 2003 oleh K. Knight.


[1] Kitab Paralipomenon (Tawarikh). The Catholic Encyclopedia, Volume XI. The Catholic Encyclopedia, Volume XI. Copyright © 1911 by Robert Appleton Company. Copyright © 1911 oleh Robert Appleton Company. Online Edition Copyright © 2003 by K. Knight. Online Edition Copyright © 2003 oleh K. Knight.
[2] Bible Canon. The Jewish Encyclopedia. Encyclopedia Yahudi. © 2002 JewishEncyclopedia.com © 2002 JewishEncyclopedia.com
[3] WS Lasor (2009:hlm.106).
[4] Sabda org. Internet.
[5] WS Lasor(2009:hlm.102)
[6] Wahyu istilah berkaitan dengan bagaimana Allah telah menyatakan diri untuk kemanusiaan, atau dengan kata lain, bagaimana dia telah membuat dirinya dikenal. Para teolog biasanya membedakan wahyu Allah dalam dua cara: Umum, dan Khusus wahyu.
[7] WS Lasor. hlm. 104
[8] Ibid. Hlm. 284
[9] Rogerson, John. Studi perjanjian lama,BPK:Jakarta.1997. hlm.55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar