Senin, 10 Januari 2011

Keluarga Israel Kuna

Pendahuluan

Keluarga yang kami bahas di sini adalah keluarga yang dari golongan elite karena data yang kami dapat dari masyarakat jelata jarang disebutkan dalam Alkitab. Keluarga merupakan komunitas yang penting di dalam masyarakat. Keluarga dan rumah tangga merupakan unit sosial dasar di Israel kuno ( mungkin juga di banyak bangsa). Kadang-kadang sebanyak tiga generasi tinggal di satu tempat menjadi kesatuan keluarga besar yang biasa disebut dengan istilah Extended Family. Di dalam keluarga terdapat interaksi yang saling membangun, menasehati, saling mencintai dan di cintai. Di dalam keluarga ini seorang individu di ajar untuk berinteraksi dengan individu yang lain (mungkin berbeda karakter), yang pada saat terjun ke dalam masyarakat mereka akan menghadapi bermacam karakter individu yang lebih besar cakupannya. Kami rasa bagi semua bangsa sebuah keluarga memainkan instrumen yang penting dalam kehidupan berbangsa. Kehidupan keluarga di Israel pun tidak jauh berbeda.

Pembahasan

Sebuah keluarga terbentuk dengan adanya perkawinan. Pada awal sejarah umat Israel, mereka menganut sistem perkawinan yang monogami (seorang laki-laki hanya boleh menikah dengan seorang perempuan saja)[1] (bdk. Kej. 12 : 5). Seorang laki-laki hanya mengawini seorang perempuan saja dan boleh menikah bila si isteri tidak dapat memberikan keturunan yang juga dengan adanya persetujuan dari isteri yang pertama. Virginitas sangat penting dalam pernikahan mereka agar tahu anaknya yang akan lahir dari perempuan(istrinya) itu anak siapa. Ketika diketahui bahwa istri itu mandul dan tidak dapat menghasilkan keturunan, maka suaminya boleh mengambil istri muda agar memiliki ahli waris dan penerus keluarga. Istri pertama tetap menjadi istri yang utama dan istri pertama harus menyetujui suaminya untuk menikah dengan istri muda. Tetapi jika suami masih menginginkan istri-istri yang lain, maka istri-istri tersebut hanyalah dianggap sebagai budak. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh laki-laki yang status sosialnya tinggi atau orang – orang dari golongan kerajaan. Pada awalnya poligami dilakukan dengan tujuan mendapatkan keturunan (cerita Abraham), tetapi kemudian bergeser menjadi pemuasan hasrat cinta – seperti yang nampak dalam kisah Yakub (Kej. 29 : 15-29). Jika sang Istri masuk dalam rumah suami sebagai menantu perempuan yang bergabung dengan mertuanya biasa kita kenal dengan istilah patrilokal. Namun ada juga Istilah lain untuk perkawinan saudara yaitu Endogami. Contohnya saat Abraham menyuruh Ishak kawin dengan sanak familinya di Haran.
Seorang suami harus mencukupi keperluan hidup isteri-isterinya. Hal ini membuat hanya sedikit orang yang mampu mempunyai isteri lebih dari satu, di karenakan dengan kehidupan mereka sebagai petani dan peternak, kehadiran anggota baru akan meningkatkan pengeluaran dan penghasilannya kurang mencukupi kehidupan keluarganya (isteri-isterinya dan anak-anaknya). Seorang suami di wajibkan membayar mas kawin kepada keluarga calon isterinya dan bahkan juga kepada calon isteri itu sendiri. Setelah menikah juga diharapkan mereka berkeluarga sendiri, namun ada juga yang tidak bisa lepas dari keluarga dan bergabung bersama ayah dari lelaki.
Umur dua belas tahun untuk perempuan sudah dianggap cukup untuk menikah pada saat itu. Sebelum perkawinan biasanya di awali dengan pertunanngan. Dalam pertunangan ini sudah terjalin hubungan antar keduah belah pihak. Pesta perkawinan diadakan selama tujuh hari dan yang menjadi puncaknya adalah masuknya calon isteri (lengkap dengan perhiasan dan berselubung) ke rumah calon suami, yang disambut dengan rombongan calon suami dengan kawan-kawannya (sanak keluarganya juga), yang mungkin dengan iringan musik. Dengan masuknya calon Isteri kerumah calon suaminya menjadi simbol masuknya calon isteri kedalam anggota keluarga suaminya. Keperawan isteri baru merupakan sesuatu hal yang penting, sebab hal ini bisa menjadi alasan untuk menceraikan isterinya (jika terjadi perceraian), keperawanan tidak disebarluaskan tetapi menjadi suatu rahasia kedua pasangan tersebut. Perceraian dilakukan dengan memberikan pernyatan (suami) bahwa ia bukan lagi isterinya di depan beberapa orang saksi. Tetapi jika alasan tersebut tidak dapat dibuktikan, maka suami tidak berhak lagi untuk menceraikan isterinya. Seorang janda berada di luar struktur sosial yang masyarakat nomal. Mungkin ada banyak janda karena perbedaan usia pada perkawinan pertama, karena orang biasanya menikah di kemudian hari dan karena itu jauh lebih tua dari istri mereka. Tanpa perlindungan laki-laki janda sulit untuk bertahan hidup; posisinya dalam masyarakat dianggap lebih rendah. Seorang janda itu dipisahkan oleh sebuah gaun khas yang mereka pakai.
Kejadian 38:19  19 Bangunlah perempuan itu, lalu pergi, ditanggalkannya telekungnya dan dikenakannya pula pakaian kejandaannya.
Dalam zaman Alkitab bidan mengambil bagian yang sangat penting dalam praktek perawatan kesehatan. Jika tidak ada seorang bidan, ibu hamil akan dibantu oleh sanak keluarga dan tetangganya untuk bersalin.[2] Seorang anak begitu penting bagi keluarga di Israel. Biasanya anak mengikuti garis keturunan bapak/marga (Patrilineal). Keberadaan seorang anak ditentukan dari keberadaan bapanya. Kehadiran seorang anak juga menjadi pertanda atau tolok ukur apakah keluarga tersebut diberkati Tuhan atau dikutuk oleh Tuhan. Pemberian sebuah nama kepada anaknya bukan hanya sekedar sebuah julukan atau sebutan tetapi juga sebagai pengharapan dari orang tuanya terhadap anaknya (dalam hal ini sama dengan apa yang ada di Indonesia, secara khusus yang kami tahu dalam adat jawa). Nama anak bisa mengikuti ayah atau kakeknya (partinomi). Ada juga yang mengandung nama Tuhan (theonimi) misal Yesaya, Yosua, (mengikuti nama Yahweh). Ada juga yang mengandung nama baal, misal zerubaal, namun sebenarnya Baal itu panggilan istri kepada suaminya, yang berarti Tuan. Ada sebuah adat , jika seorang laki-laki meninggal tanpa meninggalkan keturunan, maka saudara dari laki-laki tersebut wajib menikahi janda saudara tersebut sampai melahirkan seorang anak laki-laki dan anak laki-laki tersebut dianggap sebagai penerus dari trah (keturunan) dari laki-laki yang meninggal tersebut, istilah untuk hal ini adalah Pernikahan Levirat. Adapun sebabnya anak dianggap begitu penting: seseorang hanya dapat hidup terus melalui anak-anaknya[3]. Namun pula anak kesannya tidak punya tempat istimewa, dalam arti kedudukan dia dalam keluarga sampai dia menjadi dewasa. Dewasa ditentukan dari pernikahan, ini adalah budaya (konstruksi) yang diajarkan turun temurun  dan menjadi sebuah tradisi. Pendidikan dan sosialisasi anak-anak Israel terdapat  dalam beberapa kategori, yaitu agama, kejuruan, dan militer[4]. Para penulis Alkitab sering merujuk kepada kewajiban orang tua untuk mengajar anak-anak mereka tentang makna dari tindakan Allah yang perkasa yang menjadi pegangan kehidupan para orang tua mereka. Anak laki-laki memiliki keberadaan yang istimewa di dalam keluarganya. Dia akan menjadi penerus kepemimpinan dari ayahnya dan bertanggungjawab atas keturunan keluarganya. Anak sulung memiliki hal-hak yang istimewa, misalnya dengan pemberian warisan yang  lebih besar. Jika ada tanah warisan nenk moyang yang dimiliki oleh orang lain, maka akan berusaha untuk menebus (dari sinilah awal istilah penebusan tadi), bahkan merebut secara paksa. Jika seorang anak berpisah dengan orang tuanya, maka itu merupakan sebuah krisis yang berat bagi anak tersebut.
Israel termasuk di kelompok bagian west semitic bersama Moab, Amon, dll. Didalam golongan ini, ada darah dalam pengorbanan, sunat termasuk salah satu contoh adanya darah dalam pengorbanan. Pada awalnya anak laki-laki di sunat pada saat ia sudah di anggap dewasa untuk memikul tanggungjawab kelompok  dan hendak menikah.[5] Kemudian ada perkembangan makna di mana sunat di maknai sebagai tanda masuknya seseorang ke dalam anggota umat Allah (memiliki hak-hak dan kewajiban dalam perjanjian Allah), sehingga sunat dilakukan dengan cepat setelah ia lahir (delapan hari setelah lahir) agar sedini mungkin anak menjadi anggota umat Allah. Seorang wanita memiliki tanggungjawab untuk mendidik anak-anak (khususnya pada saat kecil), kemudian ketika dewasa pendidikan diserahkan kepada bapa keluarga. Yang diajarkan sekitar agama dan tradisi-tradisi Israel.
Bapa keluarga memiliki kewenangan yang besar. Bapa yang selalu dapat tempat pertama (pengutamaan seorang bapa yang biasa disebut Patrialkal) maka ada tanggung jawab besar dari seorang bapa/lelaki (bertindak sebagai Patron dalam keluarga) namun jika dilihat dari segi negatifnya perempuan menjadi korban penindasan seorang lelaki. Tugas bapa adalah menghidupi seluruh anggota keluarganya. Seorang bapa keluarga juga berhak menentukan peraturan yang berlaku di keluarganya, misal: menentukan siapa pewaris kepemimpinanya, anaknya menikah dengan siapa dan menjadi pengambil keputusan jika ada persengketaan. Bapa dalam keluarga menentukan hukum dan aturan yang berlaku dalam tempat tinggal keluarganya dan semua wajib menaatinya. Jika ada perselisihan atau keributan antar anggota keluarga, bapalah yang menjadi hakim yang netral. Bapa memerintah anggota keluarganya berdasarkan pengalamannya. Keputusan dan tindakan yang dahulu pernah diambil dalam penyelesaian suatu masalah lalu diterapkan kembali pada perkara atau keadaan baru yang serupa. Keputusan bapa keluarga tidak diambil dengan sewenang-wenang. Dia bukanlah seorang raja yang mempunyai kuasa yang mutlak. Bapa keluarga juga mempunyai tugas untuk menentukan siapa dari anak-anaknya yang akan menggantikan tugas dan peranannya tesebut dan bapa mengajarkan kepada keluarganya mengenai agama, pendidikan, tradisi yang ada di Israel, dan bidang-bidang yang lain. Setiap anggota keluarga dapat mengutarakan pendapatnya masing-masing. Pola hidup disana dilakukan secara transparan atau terbuka satu sama lain.
Runtutan keluarga Israel kuno sebagai berikut:
  1. Dever (individu),
  2. Bethav (keluarga kecil),
  3. Mispaha (keluarga besar), dan
  4. Am (umum/bangsa).
Maka peraturan di Bethav mempengaruhi Am. Oleh karena itu, bagi orang yahudi silsilah sangat penting sebab sebagai identitas keberadaan mereka. Silsilah menunjukan garis keturunan, sekalipun tidak biologis. Kebiasaan mereka dalam keluarga berpengaruh dalam pandangan mereka akan Tuhan, contoh Allah digambarkan sebagai Bapa yang punya kuasa otoritas dan tanggungjawab terhadap umat-Nya, Allah digambarkan sebagai Ibu yang merawat dan bertanggungjawab mengurus umat-Nya.
Pengertian keluarga kita dengan Israel hampir sama. Apabila krisis kecil muncul, ibu juga berperan dalam mengatasinya, namun jika besar, maka akan diserahkan pada Bapa.

Kesimpulan

Kehidupan berkeluarga dalam Israel kuno sangat memepengaruhi kehidupan berbangsa mereka secara menyeluruh. Fungsi keluarga di Israel kuno lebih kurang sama dengan fungsi keluarga pada zaman sekarang. Menjadi sarana spiritualitas pertama, sumber informasi pertama bagi sang anak, pusat ibadat, pusat ekonomi seseorang, pusat kehidupan bermasyarakat dimulai juga dari keluarga, dll. Keluarga di Israel merupakan kesatuan anggota keluarga yang kompleks dengan berbagai macam system aturan atau metode menjalankan fungsi kekeluargaan, memiliki juga berbagai suasana dan peristiwa yang mewarnai kehidupan bangsa Israel kuno, serta dengan berbagai masalah anggota keluarga yang terdiri dari banyak anggota keluarga yang memerlukan suatu kebijaksanaan dan kesadaran individu atau tulang punggung keluarga untuk menjalankan kehidupan dalam keluarga mereka masing-masing.

 

Daftar Pustaka

Dr. Groenen OFM,  C. Pengantar ke dalam perjanjian lama, Yogyakarta, Kanisius, 1991.
King, Philip J. And Stager, Lawrence E. Life in Biblical Israel, Louis Ville London, WJK, 2001.
Jack M. Sasson, Circumcision in the Ancient Near East, JBL 85 (1996): New York.


[1] Dr. C Groenen OFM. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, Hlm. 54
[2] Philip J. King and lawrence E. Stager. 2001. Life In Biblical Israel. Hlm 52.
[3] Ibid. hlm. 56
[4] Jack M. Sasson, “Circumcision in the Ancient Near East,”JBL 85 (1996): 474.
[5] Philip J. King and lawrence E. Stager. 2001. Life In Biblical Israel. Hlm 44. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar